FS

FS

Kamis, 04 Agustus 2011

Tentang Sebuah Peradaban

Peradaban

Berbicara tentang peradaban tak akan pernah habis kita bahas sebab dari peradaban itulah adanya kita dan kita pun juga akan lenyap seiring lenyapnya peradaban itu. Peradaban akan terus maju jika kita terus memajukan serta memanfaatkan  pengetahuan. Sebaliknya peradaban akan hanya menjadi sejarah jika para pemerannya telah meninggalkan ilmu pengetahuan dan juga dengan pergulatan politik seperti kekuasaan mayoritas serta tirani minoritas yang dapat memantik pergolakan yang justru menghancurkan peradaban itu sendiri walaupun akhirnya akan muncul peradaban yang baru. Namun, kita takkan tahu apakah peradaban yang baru tersebut akan lebih baik ataupun akan hanya mengantarkan ke kehancuran yang sesungguhnya.
Peradaban memiliki berbagai arti dalam kaitannya dengan masyarakat  manusia. Seringkali istilah ini digunakan untuk merujuk pada suatu masyarakat yang "kompleks": dicirikan oleh praktik dalam pertanian, hasil karya dan pemukiman, berbanding dengan budaya lain, anggota-anggota sebuah peradaban akan disusun dalam beragam pembagian kerja yang rumit dalam struktur hierarki sosial.

Terminologi

Istilah peradaban sering digunakan sebagai persamaan yang lebih luas dari istilah "budaya" yang populer dalam kalangan akademis. Dimana setiap manusia dapat berpartisipasi dalam sebuah budaya, yang dapat diartikan sebagai "seni, adat istiadat, kebiasaan, kepercayaan, nilai, bahan perilaku dan kebiasaan dalam tradisi yang merupakan sebuah cara hidup masyarakat". Namun, dalam definisi yang paling banyak digunakan, peradaban adalah istilah deskriptif yang relatif dan kompleks untuk pertanian dan budaya kota. Peradaban dapat dibedakan dari budaya lain oleh kompleksitas dan organisasi sosial dan beragam kegiatan ekonomi dan budaya.
Dalam sebuah pemahaman lama tetapi masih sering dipergunakan adalah istilah "peradaban" dapat digunakan dalam cara sebagai normatif baik dalam konteks sosial di mana rumit dan budaya kota yang dianggap unggul lain "ganas" atau "biadab" budaya, konsep dari "peradaban" digunakan sebagai sinonim untuk "budaya (dan sering moral) Keunggulan dari kelompok tertentu." Dalam artian yang sama, peradaban dapat berarti "perbaikan pemikiran, tata krama, atau rasa". masyarakat yang mempraktikkan pertanian secara intensif; memiliki pembagian kerja; dan kepadatan penduduk yang mencukupi untuk membentuk kota-kota. "Peradaban" dapat juga digunakan dalam konteks luas untuk merujuk pada seluruh atau tingkat pencapaian manusia dan penyebarannya (peradaban manusia atau peradaban global). Istilah peradaban sendiri sebenarnya bisa digunakan sebagai sebuah upaya manusia untuk memakmurkan dirinya dan kehidupannya. Maka, dalam sebuah peradaban pasti tidak akan dilepaskan dari tiga faktor yang menjadi tonggak berdirinya sebuah peradaban. Ketiga faktor tersebut adalah sistem pemerintahan, sistem ekonomi, dan IPTEK.

Pentingnya Dokumentasi

Selain itu kita jugalah tak boleh melupakan sebuah peradaban sekecil apapun itu sebab kita takkan pernah tahu kalau suatu saat nanti kita baru menyadari bahwa apa-apa yang ada di era ini adalah hasil dari peradaban yang kecil dulu itu. Oleh karena itu mulai saat ini kita marilah kita mencoba untuk mendokumnetasikan segala kejadian yang terjadi setiap saat dan kelak kita akan menyadari betapa pentingnya dokumentasi. 

Ketika Rasulullah SAW menyuruh para sekretarisnya mencatat ayat-ayat Alquran dan surat-surat perjanjian, pada saat itu sebetulnya beliau tengah menekankan pentingnya dokumentasi. Ketika para sahabat, tabiin, dan tabiit tabiin menuliskan sabdasabda Nabi dan menghimpunnya dalam kitab-kitab hadis, mereka tengah menyadari pentingnya dokumentasi.

Ketika para khalifah Islam membangun perpustakaan, menyimpan dan menerjemahkan karya-karya dari bahasa non-Arab, mereka juga tengah meneguhkan pentingnya dokumentasi.

Mengapa kaum Muslim berjaya pada masa lalu? Itu karena, mereka memiliki dokumentasi yang lengkap tentang catatan-catatan peradaban, baik pada masa Islam maupun sebelumnya, baik dari negeri-negeri Islam maupun dari negeri-negeri di luarnya. Keruntuhan Islam dimulai persis ketika pusat-pusat dokumentasi itu hancur akibat serbuan tentara Mongol.
Buku-buku dan koleksi lain yang disimpan di dalamnya hilang, terbakar, atau dibuang ke sungai sehingga konon air sungai di Bagdad hitam pekat oleh tinta.
Meski kemudian tentara Mongol dapat diusir kembali, umat Islam sulit bangkit dari kejatuhannya karena catatan-catatan pengetahuan mereka telah dilenyapkan.
Kita juga patut mencatat, mengapa sejak tiga abad lalu Barat lebih maju daripada Islam. Itu karena mereka melakukan dokumentasi. Mereka memiliki simpanan naskah-naskah, arsip-arsip, maupun benda-benda bersejarah dari seluruh dunia.
Kita tahu banyak naskah kuno dan benda berharga warisan budaya Indonesia justru disimpan di perpustakaan/museum Belanda dan negara-negara Barat lain.
Oleh karena itu, dokumentasi menempati titik sentral bagi majunya suatu peradaban. Dokumentasi bisa dilakukan oleh individu, organisasi, maupun negara. Tapi sayangnya, pusatpusat dokumentasi di negara kita masih sangat minim.
Perpustakaan, taman bacaan, museum, dan pusat arsip yang ada pun kondisinya memprihatinkan, baik dari kuantitas, koleksi, maupun dari jumlah pengunjung.
Perpustakaan di universitas atau sekolah mungkin agak mendingan, tapi perpustakaan di kantor-kantor instansi, masjid, ataupun di tempat umum hampir semuanya bernasib sama, sepi pengunjung. Sepi pengunjung berarti sepi pembaca.
Namun, betapa pun pentingnya dokumentasi, itu baru langkah awal. Melakukan dokumentasi semata tidak lantas membuat sebuah bangsa menjadi maju peradabannya. Dokumentasi harus diikuti oleh langkah selanjutnya, yaitu membaca, menelaah, memaknai, dan menciptakan karya baru.

Warisan masa lalu jangan dibiarkan usang. Pelajari, maknai, dan ciptakan kembali dalam bentuk dan semangat yang sesuai untuk zaman berjalan. Dengan itulah, suatu bangsa akan mengalami kemajuan.

Oleh karena itu, jika akhir-akhir ini terdengar isu ada sebuah pusat dokumentasi yang terancam ditutup, barangkali itu tidak semata kesalahan pemerintah. Kita jugalah yang jarang mengunjunginya, sehingga pihak yang berwenang lupa bahwa tempat tersebut ada dan patut dilestarikan.

Penyebab runtuhnya peradaban

Nah, lanjutan yang tadi dibahas diawal kira-kira mungkin hal-hal berikut yang menjadikan sebuah perdaban hancur, runtuh, lenyap, hilang tertelan bumi mungkin.
Sejarah berbicara dengan sangat jelas... Runtuhnya peradaban suatu bangsa didunia ini akibat runtuhnya moral bangsa itu sendiri!!! Dengan kata halusnya adalah, "Lebih cinta dunia dan takut mati!". Silahkan teliti penyebab kehancuran bangsa-bangsa besar seperti Babylonia, Mesopotamia,  Persia, Byzantium, Romawi, bahkan Khilafah Islamiah setelah masa kepemimpinan Khulafaur Rasyidin!!!.. Sekarang Amerika yang sedang memimpin dunia. Siapkah kita melakukan " REVOLUSI AKHLAK" untuk menggantikan dominasi adidaya Amerika di dunia ini? Karena setiap titik klimaks pasti ada anti klimaks, tidak ada yang abadi didunia ini. Yang abadi didunia ini hanyalah "PERUBAHAN". Ya, jika kita sebagai umat Islam ingin berjaya seperti dulu harus ada " REVOLUSI AKHLAK".

Siap untuk sebuah ”PERUBAHAN BESAR”???
Sumber : Wikipedia
Republika

Selasa, 02 Agustus 2011

Mudah-mudahan Ini Awal Kesuksesan...

  Hidup memanglah tak selalu berjalan seperti yang diinginkan, namun cobalah untuk membuatnya jadi menyenangkan. Begitu jugalah dengan hidupku ini, kadang meroket namun sesaat itu juga aku kembali terjungkal. Doaku dalam hati agar Allah dapat membantuku dalam menjalani hidup yang seperti entah di mana ini.