FS

FS

Selasa, 09 Juli 2013

Sebuah Pilihan, Antara Hari Kemarin, Sekarang, dan Masa Depan

Entah apa yang mendasari ku mencoba untuk menulis ini. Mungkin ini bisa disebut 'mendahului takdir' walau aku sendiri pun tak terlalu mengerti tentang apa sebenarnya takdir itu. Mungkin setelah membaaca ini kalian akan mengerti mengapa ini kusebut mendahului takdir.

Hari ini dengan penuh syukur ku ucapkan pada Allah swt, Sang Penggenggam Takdir, karena hanya karena-Nya aku masih bernafas hingga detik ini, dan atas kebaikan-Nya kalian dapat membaca kumpulan kata-kata ini.

Langsung saja, Aku sangat bersyukur kepada Allah karena hari ini, 8 Juli 2013, sepenuhnya atas izin-Nya Aku dapat diterima di Jurusan Teknologi Pangan Dan Hasil Pertanian Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.


Aku pilih judul "Sebuah Pilihan, Antara Hari Kemarin, Sekarang, dan Masa Depan" karena banyak alasan. Alasan yang akan kuberikan pada tulisan ini, juga alasan yang akan muncul suatu saat nanti. Pernah mendengar quote ini, "Kemarin adalah sejarah, Besok adalah misteri dan Hari ini adalah pemberian". Quote tersebut mungkin cocok untuk mewakili ceritaku ini.
------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Baiklah yang pertama, Kemarin adalah sejarah. Aku menyukai makanan sejak dulu. Yaiyalah, siapa yang ngga suka makanan. Waktu kecil, khayalanku tentang makanan mungkin sudah jauh melebihi kalian. Oh iya, ingat kebutuhan primer SPP alias sandang, pangan, dan papan. Aku yakin, ini hal yang mudah. Bagaimana menurut kalian, manakah yang paling primer. Menurutku pangan, karena salah satu ciri makhluk hidup adalah membutuhkan makan. Tiada makhluk hidup yang mampu bertahan tanpa makanan, kecuali makhluk yang khusus. Hal lainnya, kegiatan yang berhubungan dengan pangan itu hal yang menarik bagiku. Mau bukti, cek di sini. Lihat no 10! Hal lain, mengapa pangan yakni, aku ingin melebihi sejarah yang telah tertulis sebelumnya. Mengenai hal ini, cukup aku saja.

Lalu, ada sebuah kejadian yang juga semakin membuatku semakin meyakini bidang pangan. Suatu waktu, seorang teman menanyakanku tentang jurusan yang akan kutuju. Aku menjawab teknologi pangan. Lalu ia bertanya lagi, mengapa tidak kedokteran. Ada satu hal yang sangat kuingat dari jawabanku waktu itu. Mencegah selalu lebih baik dibanding mengobati. Sudah mengerti yang kumaksud? Yang kumaksud adalah aku ingin menciptakan makanan sehat, yang dapat mencegah segala kemungkinan timbulnya penyakit. Buat para dokter, maaf jika suatu saat nanti pekerjaan kalian sepi karena 'ulah'-ku.

Besok adalah misteri. Ya, hal yang satu ini memang tak dapat dipungkiri. Namun, apakah cukup berdiam diri untuk menunggu apa yang bakal terjadi. Tentu tidak. Bagiku menghadapi misteri itu harus dipersiapkan, bahkan kalau bisa kita yang memecahkan misteri itu sendiri sebelum ada kata "Mulailah pecahkan masalah ini". Untuk itu aku selalu meyakini bahwa apa yang aku jalani pasti akan berpengaruh pada hasil akhir, entah itu kecil ataupun besar. Keyakinan inilah yang selalu kupegang teguh sampai saat ini.

Satu lagi, setiap orang memiliki kelebihannya masing-masing. Tentang kelebihanku, entahlah mungkin kesalahanku lebih banyak dari orang lain. Apakah aku menyesal? Tidak selalu. Sebab dari banyaknya kesalahanku itu membuatku lebih banyak belajar dibanding orang lain. Selain itu, pembentukan mental juga dapat terpengaruhi oleh seberapa besar dan banyak kesalahan yang terjadi. Orang gagal tak harus bersedih hati, orang yang kurang baik rupa pun tak harus berkecil hati. Orang gagal akan menyuruh dirinya untuk berbuat lebih baik lagi, yang tak pernah gagal belum tentu tahu bagaimana cara menyikapi kegagalan. Orang yang kurang baik rupa akan mencari bagian dari dirinya yang lebih baik dibanding orang yang lebih sempurna darinya, sedangkan yang lebih sempurna kadang terlena dalam fatamorgana keindahan sementara. Sehingga saat kesempurnaan itu berkurang atau hilang, ia akan lebih banyak berpikir bagaimana mengembalikan kesempurnaannya yang telah lalu, yang terkadang suatu hal yang mustahil.

Hari ini adalah pemberian. Siapa yang memberi? Tentu, Tuhan Yang Maha Esa. Bagaimana sikap kita jika diberi sesuatu oleh seseorang yang kita cintai? Tentu, hal yang pertama adalah berterima kasih. Seberapa besar rasa terima kasih yang diucapkan mungkin itulah yang akan menentukan seseorang yang kita cintai  tersebut akan mau lagi memberikan hadiahnya pada kita. Akankah lebih besar, lebih kecil, atau takkan memberikan hadiahnya lagi. Satu hal untuk menyikapi ini yakni selalu memaksimalkan pemberian yang telah diberikan-Nya, baik waktu, raga, atapun raga. Aku bukanlah orang yang sempurna dalam hal ini, namun aku akan selalu mencoba memaksimalkan (sisa) waktu yang telah diberi. Sebut ini sebagai "The Power of Kepepet". Seberapapun sisa waktu itu, itu dapat merubah segalanya. Tak percaya, cobalah tanyakan pada tim penyelamat korban bencana, dokter yang sedang melakukan operasi pada pasien gawat darurat, fotografer, pebalap, dan masih banyak lagi.

Oh ya, tentang kemarin, hari ini, dan esok hari aku jadi teringat bahwa aku juga pernah terpikir untuk menjadi seorang psikolog. Mengapa, karena seorang psikolog itu bekerja dua kali namun berpikir tiga kali. Maksudnya? Begini, seorang psikolog itu bekerja saat kejadian dan setelah kejadian perkara namun iya berpikir mengapa  hal tersebut bisa terjadi, bagaimana penanganannya, dan apa yang akan terjadi selanjutnya. Untuk kalian yang seorang psikolog ataupun yang akan menjadi psikolog pasti tahu akan hal ini.

Mungkin hanya itu yang dapat kubagikan. Dari semua tulisan di atas ada beberapa hal yang ingin kutekankan, yakni mimpi, keyakinan, sadar diri, bermanfaat, dan jangan pernah berpikir sekali.

Sekali lagi, syukurku tak pernah putus teruntuk Allah swt yang telah memberikanku yang kuingin dan semoga ini yang terbaik.

Sekian...